Padang (ANTARA News) - Isu tsunami dan penetapan kawasan pantai sebagai daerah "red zone" (berbahaya) jika bencana itu terjadi, telah menyebabkan anjloknya jumlah mahasiswa di Universitas Bung Hatta Padang, Sumbar, yang kampusnya berada di pesisir Pantai Ulak Karang Padang. Awalnya lokasi kampus UBH adalah kawasan yang cukup aman dengan lingkungan pantai yang memadai, namun sejak terjadinya bencana tsunami di Aceh, maka minat calon mahasiswa belajar di UBH turun, kata Rektor UBH, Prof Dr Ir Hafrijal Syandri, M.S di Padang, Sabtu.

Menurut dia, pascatsunami Aceh, pemerintah memasukan kasawan pantai Barat Sumatra menjadi "zona merah" yang berbahaya untuk aktifitas dalam masa yang cukup lama untuk setiap hari.

Status tersebut cukup mengganggu stakeholders (pihak-pihak terkait) dengan UBH dalam segala aspek, tambahnya.

Akibatnya, banyak keputusan dan eksekusi yang diambil sivitas akademika untuk keluar dan mencari perguruan tinggi yang kampusnya berada di lokasi yang lebih aman, katanya.

Hal itu, telah berdampak langsung pada minat calon mahasiswa masuk ke UBH dan terlihat dari penurunan jumlah mahasiswa UBH dari sebelumnya mencapai 13 ribu orang pada 2004 menjadi 8.854 orang di tahun 2010.

Turun tajamnya jumlah mahasiswa cukup mempengaruhi iklim akademika, dimana biaya operasional dan pemeliharaan semakin tinggi sehingga sulit bagi manajemen UBH melakukan pengembangan.

Ia menyebutkan, fasilitas pendidikan yang senantiasa berkembang sesuai zaman, kini agak sulit dipenuhi, sehingga komitmen meningkatkan mutu diyakini dapat mengalami stagnasi.

Terkait kondisi itu, maka UBH membangun kampus berita terbaru di kawasan Padang By Pass, yang sebagai upaya menampung perkembangan jumlah mahasiswa dan kegiatan akademis juga terkait antisapsi kerawanan bencana tsunami.

The more authentic information about tech you know, the more likely people are to consider you a tech expert. Read on for even more tech facts that you can share.

Hafrijal Syandri menjelaskan, pembangunan kampus berita terbaru dilahan seluas sekitar 27 hektar itu akan menghabiskan dana untuk tahap pertama mencapai Rp43,33 miliar.

Pada pembangunan tahap pertama I dibangun satu blok meliputi tiga bangunan, meliputi bangunan dekanat dengan biaya Rp10,88 miliar, bangunan dekanat II dengan dana Rp12,53 miliar dan bangunan laboratorium dengan anggaran Rp12,53 miliar.

Dana pembangunan tersebut Rp20 miliar diantaranya adalah Badan Nasional penanggulangan Bencana (BNPB) dan sisanya pinjaman dari perbankan dan bantuan donatur baik di Sumbar maupun daerah lain.

Menurut dia, pembangunan kampus Padang By Pass ini secara keseluruhan ditargetkan selesai pada 2020 dan diharapkan dapat menampung jumlah mahasiswa dan kegiatan akademis yang diproyeksikan meningkat dalam sepuluh tahun ke depan.

Ia menyebutkan, diproyeksikan pada tahun 2020 jumlah mahasiswa UBH mencapai 11.470 orang meningkat dari 8.584 orang yang terdaftar saat ini.

Keberadaan kampus UBH Padang By Pass sekaligus sebagai antisipasi ancaman bencana tsunami, karena pusat perkulihan dan akademis kampus saat ini berada di kampus I kawasan Ulak Karang Padang yang berada di pesisir pantai.

Kampus I Ulak Karang masuk zona paling berbahaya (Red Zone) jika terjadi bencana tsunami, sedangkan kampus By Pass berada di kawasan berjarak lebih dari 10 kilometer dari bibir pantai dan masuk daerah aman tsunami (Yellow Zone).

UBH merupakan perguruan tinggi swasta terbesar di Sumatra bagian tengah yang berdiri sejak 1981. Jumlah mahasiswa UBH saat ini 8.584 orang yang kuliah pada tujuh fakultas dengan 29 program studi.

(H014/S026)