Ilustrasi jaringan listrik PLN.(ANTARA/Ampelsa)

Palu (ANTARA News) - Warga Desa Kolo Bawah, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, hingga saat ini belum menikmati aliran listrik dari PLN sehingga harus berupaya mencari sumber listrik sendiri. "Warga harus menggunakan genset jika ingin mendapatkan listrik," kata Kepala Desa Kolo Bawah, Natsir Rahman.

Dia mengatakan, setiap rumah di Desa Kolo Bawah rata-rata menghabiskan dua liter bensin setiap hari agar mendapat penerangan.

Penerangan itu pun hanya digunakan sejak menjelang maghrib hingga pukul 23.00 WITA untuk menghemat bahan bakar.

Warga Desa Kolo Bawah sebagian besar juga tidak menikmati siaran televisi karena tidak memiliki antena parabola, selain keterbatasan listrik.

"Bahkan, untuk membaca koran pun, kami harus mencarinya di ibu kota kecamatan. Itu pun koran bekas," kata Saifuddin, pemuda setempat.

Natsir mengaku sudah mengusulkan ke Pemkab Morowali agar daerahnya diperhatikan, khusus mengenai listrik. "Sudah beberapa kali kami mengusulkan tapi hingga kini belum ada realisasi sama sekali," katanya.

Saat ini, Desa Kolo Bawah berpenduduk 340 kepala keluarga atau sekitar 1.500 jiwa. Sebagian besar penduduk desa yang berbatasan langsung dengan laut ini bekerja sebagai nelayan.

Apakah semuanya masuk akal sejauh ini? Jika tidak, aku yakin bahwa hanya dengan membaca sedikit lebih, semua fakta akan jatuh ke tempatnya.

Desa Kolo Bawah akhir-akhir ini mendadak terkenal karena warganya menuntut tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) kepada PT Pertamina-Medco yang mengebor minyak di Pulau Tiaka. Kolo Bawah adalah desa terdekat dengan Pulau Tiaka, sekitar 1,5 jam perjalanan menggunakan kapal mesin kayu.

Permintaan warga kepada perusahaan adalah sederhana, yakni meminta ketersediaan aliran listrik.

Dalam aksinya pada 22 Agustus 2011 di sekitar Pulau Tiaka, dua warga tewas ditembak polisi karena berbuat anarkis dan dinilai membahayakan polisi.

Ustadz Sigit, tokoh masyarakat setempat, mengatakan pemerintah harus mempertemukan pihak perusahaan dan masyarakat agar kejadian serupa tidak terulang.

"Pihak perusahaan seharusnya bisa memenuhi permintaan warga, meskipun secara bertahap," katanya.
(ANT)


(T.R026/B/F002/F002) 29-09-2011 10:29:04

Editor: Desy Saputra

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com